My Art
Kali
ini aku akan membahas seseorang yang bisa dibilang salah satu orang yang
berarti buat hidup aku. Karena telah memberikan pelajaran hidup secara tidak
langsung. Kenapa secara tidak langsung? Karena aku belajar dari kehidupan yang dia
alamin. Gimana bisa? Jadi begini ceritanya.
Pas
awal masuk SMA aku sekelas dan bisa dibilang aku dekat dengan Art. Art? Iya
panggil aja Art nanti kalian juga tau kenapa aku julukin dia Art. Oke aku
lanjutin lagi ya ceritanya. Ketika aku sekelas, aku deket banget sama Art
bahkan dia sampai cerita tentang keluarganya dan mulai dari situ aku sudah
menganggap Art sebagai sahabat karena dari kisah hidupnya aku bisa mengambil
pelajaran dan dia selalu ada buat aku begitu pula sebaliknya. Hari demi hari
kita lewatin bersama dan tanpa aku sadarin dia mengajarkan aku menjadi sosok
wanita dewasa yang berpikir dan tegar. Art adalah sosok pria yang sangat
mencintai seni, karena bagi dia seni bisa mengekspresikan dirinya. Ya mulai
dari gambar yang dia buat dan band yang dia jalanin untuk mengisi waktu
kosongnya. Semua orang yang mengenal Art pasti akan tersenyum bahagia karena
dia adalah sosok seorang yang selalu ceria, pekerja keras dan selalu tersenyum
walau dibalik senyumnya dia menyembunyikan masalahnya atau bahkan lelahnya. Walau
hanya satu tahun kami sekelas namun persahabatan kami berjalan dengan baik.
Ketika
kami sudah tidak sekelas Art mengajak aku menonton bandnya tampil di sebuah acara
lomba antar SMA, walau saat perlombaan itu bandnya kalah namun aku bahagia bisa
menemani dia dan melihat bandnya manggung. Setelah perlombaan itu tidak lama
kemudian teman bandnya Art menyatakan cintanya ke aku. Jujur bingung mau jawab
apa dan akhirnya aku terima demi Art karena dia sahabat aku tapi beberapa hari
kemudian aku sadar itu bukan jalan yang baik buat aku dan beberapa masalah
pribadi lainnya, akhirnya aku memutuskan hubungan dengan teman bandnya Art.
Ternyata keputusan yang aku ambil salah besar, karena situasi malah semakin
buruk dan bisa dibilang itu awal mulai persahabatan aku dan Art menjadi sedikit
renggang.
Hari demi hari terlewatin sampai pada akhirnya
kita menginjak kelas 3 SMA dan kami semua sibuk dengan pelajaran buat kelulusan
serta jenjang pendidikan yang diambil selanjutnya. Waktu yang tanpa disadari
berputar begiu cepat dan ternyata kami udah ada di detik-detik masa peralihan
dari seorang siswa/i menjadi mahasiswa/i. Selama ini Art tidak pernah bercerita
akan melanjutkan pendidikan kemana, namun dia hanya memberikan isyarat. Ya aku
tahu itu isyarat perpisahan tapi saat itu juga Art bisa buat isyarat itu menjadi
salah. Contoh isyaratnya :
1. Dia
menyelesaikan masalah aku dan bandnya tapi saat itu dia bilang karena sebentar
lagi kita mau lulus-lulusan, makanya kita harus saling memaafkan.
2. Saat kelasan aku foto-foto dia tiba-tiba
datang dengan seorang teman bandnya dan dia minta di foto pake handphone aku
katanya buat kenang-kenangan karena kita udah lulus-lulusan. Saat itu temannya
ingin bilang sesuatu ke aku tapi Art ngasih kode agar temannya diam.
3. Ketika
ulang tahun teman bandnya (mantanku) aku memberikan surprise party karena saat
aku ualng tahun mereka datang dan ternyata pesta itu bisa dibilang juga pesta
perpisahan Art dan aku.
4. Saat
aku mengambil buku BTS aku ketemu dia di sekolah dan dia hanya minta doa dari
aku, biar dia masuk ke sekolah penerbangan supaya dia bisa tetap disini. Saat
itu aku sempat bertanya kalau tidak keterima mau lanjut kemana dan dia hanya
tersenyum lalu melanjutkan menyusun berkas surat-suratnya. Dan ternyata
perasaan aku benar kalau dia tidak lulus tes masuk ke sekolah penerbangan.
Art
menyembunyikan kepergiannya dari aku. Sampai aku tahu dia akan kuliah di luar
kota dan tinggal bersama Ayahnya dari komentar disebuah media sosial tanggal 16
Juli 2011 sedangkan dia berangkat tanggal 20 Juli 2011. Saat itu aku
benar-benar sadar kalau aku bukanlah sahabat yang baik buat Art dan aku sangat
menyesal tidak bisa nemuin dia sedangkan aku masih punya janji sama dia yang
belum aku tepati. Saat itu aku hanya bisa nangis sampai mata benggep kaya orang
habis ditonjok. Ya iyalah, orang aku nangis dari tanggal 16 Juli 2011 malam
sampai 20 Juli 2011. Kenapa nangis? Banyak hal yang saat itu aku tangisin karena
ditinggal Art, misalnya : aku takut kehilangan Art, aku tidak mau lost contact
sama Art, aku takut tidak bisa jalanin hari-hari aku tanpa Art, aku takut Art
tidak balik ke Jakarta lagi, aku takut tidak bisa jaga diri dan banyak hal lagi
yang buat aku tidak rela ditinggal Art. Ketakutan dan kekhawatiran itu muncul
karena selama ini bisa dibilang Art adalah sahabat, motivator, pelindung dalam
hidup aku selain keluarga.
Kalau
saat itu kalian ada didekat aku pasti kalian bisa lihat seberapa terpuruk,
tertekan, dan sedihnya aku ditinggal Art. Ya, karena Art adalah salah satu
orang yang berarti di dalam hidup aku dan aku sama sekali tidak siap ditinggal
Art. Namun seiring berjalannya waktu, aku mencoba hidup tanpa Art. Walau itu
semua sulit tapi Alhamdulillah sampai detik ini aku bisa. Kadang rasa rindu itu
muncul dan jujur sampai detik ini aku selalu nangis setiap kangen sama dia. Art
kamu adalah salah satu sahabat terbaik aku. Aku sangat bersyukur karena kamu
pernah hadir dan mengisi hari-hari aku dengan berbagai warna di kehidupan ini.
Mungkin aku bukanlah sahabat terbaik buat kamu tapi bagi aku, kamu yang terbaik
buat aku.
Cerita
yang aku tulis ini adalah sebuah kenyataan di dalam hidup aku yang pernah aku
alamin, namun aku tidak bisa menceritakan semuanya karena jujur aku ingin
jadiin itu semua sebuah kenangan yang indah yang pernah hadir di dalam hidup
aku bersama Art.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar