Jumat, 16 November 2012

AUTISME


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bidang kesehatan kita sering mendengar kata autisme atau autis yang belakangan ini menjadi kata yang populer untuk dibicarakan dan diperbincangkan bukan hanya oleh para dokter, pendidik, dan orang tua saja. Namun, orang awam pun banyak yang tertarik medengar kata ini. Seiring dengan berkembangnya kata tersebut di masyarakat, semakin banyak pula anak yang menyandang penyakit autisme. Prevalesi autisme meningkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia 3 tahun. Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak memperdulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autisme juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan perbandingan 4:1.


BAB II
PEMBAHASAN
AUTISME

1.      PENGERTIAN AUTISME
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau (Handjono, 2003).
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron – Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang :
1. Interaksi sosial
2. Komunikasi (bahasa dan bicara)
3. Perilaku-emosi
4. Pola bermain
5. Gangguan sensorik dan motorik
6. Perkembangan terlambat atau tidak normal
Gejala ini mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun.
Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Pervasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu :
1.      Autistic Disorder (Autism)
Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkam adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2.      Asperger’s Syndrome
Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
3.      Pervasive Development Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
4.      Rett’s Syndrome
Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran atau kehilangan kemampuan yang dimilikinya, kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
5.      Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
Diagnosis Pervasive Development Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998:79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidak mampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.

2.      GEJALA-GEJALA AUTISME
Anak-anak penyadang spektrum autisme biasanya memperlihatkan setidaknya setengah dari daftar tanda-tanda yang disebutkan di bawah ini. Gejala-gejala autisme dapat berkisar dari ringan hingga berat dan intensitasnya berbeda antara masing-masing individu.
Hubungi profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme, jika anda mencurigai anak anda memperlihatkan setidaknya separuh dari gejala-gejala ini :

Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.

Tertawa atau tegelak tidak pada tempatnya.

Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata.

Tidak peka terhadap rasa sakit.

Lebih suka menyendiri, sifatnya agak menjauhkan diri.

Suka benda-benda yang berputar / memutarkan benda.
Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan.
Hiperaktif/melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam).
Kesuliatan dalam mengutarakan kebutuhannya, suka menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan daripada kata-kata.
Menuntut hal yang sama, menentang perubahan atas hal-hal yang bersifat rutin.
Tidak peduli bahaya.
Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama.
Echolalia (mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa).
Tidak suka dipeluk (disayang) atau menyayangi.
Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata, bersikap seperti orang tuli.
Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa.
Tentrums (suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas).
Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang seimbang (seperti tidak mau menendang bola namun dapat menumpuk balok-balok).

Catatan : daftar di atas bukan pengganti diagnosa. Hubungi professsional yang ahli untuk memperoleh diagnosa lengkap.

3.      10 JENIS TERAPI AUTISME
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.
1.      Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan di desain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2.      Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam berbicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistik yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Dengan hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong para autisme.
3.      Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya dengan benar.
4.      Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5.      Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam keterampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6.      Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7.      Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspesikan kebutuhannya, mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
8.      Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan keterampilan yang lebih spesifik.
9.      Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/ visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS (Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan keterampilan komunikasi.
10.  Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan mengemukakan bahwa gejala-gejala anai ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Ternyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).


BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang kompleks dan bervariasi (spectrum), biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain. Gejala gangguan perkembangan ini sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia 3 tahun dan dapat terjadi  oleh siapa pun tanpa memandang ras, suku, stara-ekonomi, stara sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
Gangguan Spectrum Autisme dapat menjalani terapi, yaitu Applied Behavioral Analysis (ABA), terapi wicara, terapi okupasi, terapi fisik, terapi sosial, terapi bermain, terapi perilaku, terapi perkembangan, terapi visual, dan terapi biomedik. Namun, apapun jenis terapi yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Sabtu, 10 November 2012

Komunikasi Dalam Organisasi


BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrat manusia akan selalu hidup bersama. Hidup besama antar manusia berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya. Melakukan komunikasi merupakan bagian terpenting dari semua aktivitas, agar timbul pengertian dalam menyelesaikan tugas masing-masing.
Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik. Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dan pengertian pengertian dari satu orang ke orang yang lain.


BAB II
PEMBAHASAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

1.      PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Beberapa pendapat yang mendefinisikan komunikasi secara terpisah diantaranya :
a.      Keith Davis
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dan pengertian dari satu orang ke orang yang lain.
b.      Chester I Barnard
Komunikasi adalah suatu alat di mana orang-orang yang bersangkutan saling berhubungan satu sama laindalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan umum.
c.       Koontz O’Donnell
Komunikasi adalah sebagai suatu pemindahan informasi dari satu orang ke orang yang lain.

2.      UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Unsur-unsur komunikasi ada 5, yaitu :
1.      Komunikator (Communicator), yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau orang yang memberitakan.
2.      Menyampaikan berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau menyiarkan.
3.      Berita-berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau saran.
4.      Komunikasi (Communicate), yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengujung. Dengan kata lain adalah orang yang menerima berita.
5.      Tanggapan atau reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi.

3.      BAGAIMANA MENYALURKAN IDE MELALUI KOMUNIKASI
Dalam praktek proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahap-tahapan tersebut bisa digambarkan sebagai berikut :


Gambar 1

Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.

4.      HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI
1.      Hambatan yang bersifat teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efisien sebagai media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi :
·         Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
·         Kurangnya informasi atau penjelasan
·         Kurangnya keterampilan membaca
·         Pemilihan media (saluran) yang kurang tepat
2.      Hambatan semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Untuk menghindari hambatan ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikasinya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
3.      Hambatan manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang, dll.
Menurut Cruden dan Sherman :
·         Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia
·         Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologi dalam organisasi

5.      KLASIFIKASI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
1.      Dari segi sifatnya
a.       Komunikasi lisan (oral communication)
Komunikasi lisan mejadikan bahasa sebagai media penyampaian pesan. Pikiran dan perasaan seseorang disampaikan melalui kata-kata yang dianggapnya tepat dan mewakili apa yang ada dalam dirinya.
b.      Komunikasi tertulis (written communication)
Komunikasi tertulis menjadikan simbol yang dituliskan pada kertas atau tempat lain sebagai alat penyampaian ide atau perasaan. Pesan tulisan memiliki sistematis yang jelas, pilihan kata dan tanda baca, yang dapat membantu pihak lain memahami apa yang ingin kita sampaikan.
c.       Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan lambang kata-kata atau bahasa sebagai medianya, baik secara lisan maupun tulisan dalam praktek komunikasi.
d.      Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah pesan atau informasi yang tidak disampaikan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi ini biasanya terlontar dari penampilan gerak tubuh (bahasa tubuh), kontak mata, mimik (ekspresi wajah) atau pakaian.
2.      Dari segi arahnya
a.       Komunikasi keatas
b.      Komunikasi kebawah
c.       Komunikasi diagonal keatas
d.      Komunikasi diagonal kebawah
e.       Komunikasi horizontal
f.       Komunikasi satu arah
g.      Komunikasi dua arah
3.      Menurut lawannya
a.       Komunikasi satu lawan satu
b.      Komunikasi satu lawan banyak (kelompok)
c.       Kelompok lawan kelompok
4.      Menurut keresmiannya
a.       Komunikasi formal
Komunikasi yang dilakukan antara sesama anggota organisasi disesuaikan dengan urutan/ tingkatan dalam struktur organisasi. Kalau komunikasi formal disampaikan dari atasan ke bawahan komunikasi ini biasanya digunakan untuk menyampaikan perintah. Sedangkan komunikasi yang dilakukan dari bawahan ke atasan maka komunikasi ini biasanya digunakan untuk menyampaikan laporan.
b.      Komunikasi informal
Komunikasi informal yang terjadi karena adanya komunikasi antara sesama karyawan dalam suatu organisasi. Komunikasi informal (the grapevine) biasanya disebarluaskan melalui desas-desus atau kabar angin dari mulut ke mulut dari satu orang ke orang yang lainnya dalam suatu organisasi dimana kebenarannya tidak bisa dijamin karena kadang-kadang bertentangan dengan perusahaan.
Jadi agar komunikasi informal bisa bermanfaat maka seseorang pemimpin harus bisa memakai jalur ini untuk memperlancar berjalannya komunikasi formal perusahaan (komunikasi formal ini jangan sampai mengakibatkan timbulnya desas-desus yang meresahkan karyawan)


BAB III
KESIMPULAN

Komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern didalam organisasi. Semua masalah yang timbul dalam organisasi akan segera dapat diatasi apabila komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi dalam organisasi akan berjalan baik apabila arus informasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan.
Pimpinan organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat. Oleh karena itu komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi. Untuk mendapatkan informasi yang cepat dan tepat hambatan dalam berkomunikasi yang bisa diakibatkan dari hambatan yang bersifat teknis, hambatan sematik, dan hambatan manusiawi harus diminimalisir.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Widiyatmini & Izzati A, Pengantar Organisasi & Metode, Jakarta: Gunadarma, 1996.